Poin-Poin FPAG, Forum Pesantren Alumni Gontor

Bagikan Berita Ini:

KH. Hamid Fahmi Zarkasyi

  1. Pelajaran Akhlaq tidak diajarkan di Gontor. Kerena Al-Akhlaqu la tughrosu bi talqin. Pancajiwa itu tidak diajarkan, dia dikerjakan, diamalkan, wajah – wajah kita di Gontor itu adalah wajah keikhlasan, wajah kesederhanaan, wajah ukhuwah Islamiyah, wajah berdikari dan wajah – wajah yang bebas
  2. Ternyata dalam kehidupan kita di asrama kita menghasilkan banyak wisdom. Kita sedang hidup dalam Living with wisdom, hidup dengan hikmah. Dalam sebuah paket dan itu menjadi perilaku.
  3. Gontor itu sebenarnya menanamkan padangan hidup. Yang pandangan hidup itu nanti digunakan dalam kehidupan. Gontor adalah School of Life. Supaya kita bisa hidup di masyarakat nanti sesuai dengan aqidah dan syariah dan akhlaq Islam yang benar
  4. Yang diajarkan Gontor adalah sebuah pandangan hidup, aqidah yang dilaksanakan dalam bentuk akhlaq, akhlaq yang berorientasi terhadap perjuangan. Baik untuk perjuangan dan perjuangan itu berwawasan keumatan.
  5. Pendidikan mental adalah sebenarnya pendidikan akal. Berasal dari kata Mind.
  6. إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)
  7. Trimurti saya lihat tidak banyak teori yang beliau – beliau gunakan, tetapi beliau yakin bahwa apa yang beliau kerjakan adalah benar
  8. Pak Zar mengatakan kepada Pak Hamid : Orang – orang itu mengira saya ini pintar, saya itu tidak pinter, saya itu hanya ikhlas saja
  9. Bahwa dengan keikhlasan itu beliau dapat menyelesaikan banyak masalah, dan Allah memberikan petunjuk
  10. Seakan – akan beliau berbicara : Saya memimpin Gontor itu tidak dengan ilmu, tapi dengan hati dan saya berpikir dengan iman.

KH. Dzulkifli Muhadli

  1. Pondok diawali dengan Kyai yang berikrar mewakafkan dirinya untuk perjuangan di pondok. Ikrar inilah yang kemudian tembus ke langit. Yang kemudian terpancar ke hati para santri sehingga datang mengetuk pintu kyai untuk menuntut ilmu
  2. Ketika saya mau bangun pondok, saya menghadap Pak Natsir, Pertanyaan Muhammad Natsir : Sudah ada gedungnya belum? Jawaban saya : Pondok dibangun bukan dari gedungnya, tapi dari ikrar yang diucapkan Kyai untuk berjuang
  3. Orang kalau hanya pintar akan cenderung kekanak-kanakan, tapi jika hatinya yang lebih cenderung dari akalnya maka dia akan dewasa
  4. Yang peling penting itu adalah keikhlasan kyai, keikhlasan kita. Keikhlasan itu yang membuat kita dituntun Allah SWT
  5. Surat Al-Jumu’ah ayat 2 :
  6. Ketika mengecor Gedung Al-Azhar, Pak Zar duduk dipinggir sambil memukul – mukul batu, seakan-akan memperhatikan santri-santrinya yang lagi mengecor. Sehingga santri jadi semangat mengecor. Seolah-olah beliau memahami bahwa anak santri butuh diperhatikan.
  7. Di Gontor santri diberi kegiatan yang mendesak-desak (yang harusnya 2 jam didesak untuk melakukan dalam tempo 1 jam). Hal ini melatih goncangan jiwa santri supaya lebih siap menghadapi tantangan

Habib Chirzin

  1. Dalam masa pandemi ini pendidikan mental menjadi sangat penting sekali terutama dalam upaya membangun resilient (keuletan dan daya tahan, kemampuan untuk menyesuiakan diri dalam situasi yang sulit), demikian juga leadership, pengkaderan dan komunikasi antar kita)
  2. Gontor dengan segala sunnah dan disiplinnya dan ruh pondok menciptakan kehidupan yang efektif dan efisien, menjadi ruang belajar yang menggembirakan
  3. Pribadi – pribadi yang unggul seperti Trimurti adalah pribadi yang ikhlas dan tenanan (beh-behan), inilah yang menyebabkan Gontor meski tanpa pribadi yang punya keahlian khusus namun beliau – beliau ini yaitu Trimurti adalah pemimpin yang mumpuni
  4. Tahun 1980 saya menerima penghargaan Agha Khan, jadi sebenarnya ilmu – ilmu seperti kedokteran dan arsitektur adalah ilmu yang bisa dipelajari jika kita mempunyai perhatian dan melatih diri
  5. Ketika saya jadi guru KMI saya tertarik belajar psikologi karena Pak Zar menunjuk saya ketika itu sebagai wali kelas 1 H yang merupakan kelas asfala safilin di Gontor kala itu. Maka ketika mengajar saya lebih banyak memberikan tasyji’ dan istihwa’
  6. Ketika itu saya juga sering diminta untuk membimbing anak – anak yang slow learner
  7. Bahkan Pak Sahal pernah memanggil saya untuk mengajar Ust Tauhid putra beliau
  8. Situasi itulah yang menyebabkan saya harus mencari referensi bagaimana cara memberi semangat dan motivasi yang efektif kepada santri
  9. Waktu itu buku yang saya pelajari adalah Buku Psikologi perkembangan, karena psikologi pendidikan kala itu belum terlalu berkembang
  10. Waktu itu saya menjadi Ketua Dewan Mahasiswa. Waktu itu mahasiswa belum banyak. Maka dari itu kita dan kawan – kawan berniat untuk menjadi contoh penggerak dalam semua bidang